
Dalam unggahan tersebut diceritakan, bahwa sang paman sering membantu warga sekitar dengan membagikan sembako.
Bantuan itu awalnya diterima dengan baik, namun situasi berubah saat sebagian warga menjadi ketergantungan dengan pemberian tersebut.
Bukan hanya menagih bantuan, sejumlah warga bahkan melempari rumah sang paman hingga jendelanya pecah, karena menuntut mendapatkan bantuan.
Menanggapi peristiwa tersebut, Pengamat Sosial Devie Rahmawati mengingatkan soal prinsip dasar dalam memberi bantuan.
Ia menilai, prinsip memberi seharusnya untuk mendorong kemandirian, bukan menciptakan ketergantungan.
“Bantuan yang terbaik adalah memastikan orang yang kita bantu, suatu hari akan membantu orang lain lagi,” ujar Devie kepada Kompas.com, Kamis (3/4/2025).
Meski tidak ada salahnya untuk berbagi terhadap sesama, namun perlu adanya batasan yang tegas jika sampai meneror bahkan merusak properti pribadi.
Ia menjelaskan, seseorang yang dibantu idealnya bisa bangkit dan mandiri, bukan malah merasa puas dan terus-menerus mengandalkan pemberian orang lain untuk melanjutkan hidup.
“Artinya, setelah dibantu dia bisa mandiri, bukan berarti puas dan ketergantungan dengan terus-terus diberi orang,” lanjutnya.
Menurut Devie, peristiwa ini menggambarkan bahwa penanaman nilai bahwa “tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah” belum sepenuhnya dilakukan masyarakat Indonesia.
Oleh karenanya, perlu waktu dan proses yang tidak singkat untuk menanamkan pola pikir tersebut ke dalam praktik bermasyarakat.
“Konsep bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah itu perlu waktu lebih panjang untuk menanamkan etos mental itu kepada masyarakat Indonesia,” kata Devie.
Leave a Reply